Selamat Datang di Website Gerakan Mahasiswa Pemuda Indonesia (GMPI) Korda Sulawesi Utara
 

Senin, Mei 28, 2012

"Saya mencintai Pancasila untuk itu saya mengkritisi isi dalam Pancasila".

0 komentar
"Saya Mencintai Pancasila, Namun Sangat Mengkritisi Implementasinya"
 Oleh : Zenith Anaada

Carut marut kehidupan bangsa tidak lepas dari hilangnya nilai-nilai moralitas, dan hilangnya kehidupan Toleransi antar sesama bangsa. "Saya Mencintai Pancasila Untuk itu saya mengkritisi isi dalam Pancasila". Terutama sila pertama yang medasari 4 sila dalam Pancasila. " Ketuhanan Yang Maha Esa" dalam setiap kehidupan berbangsa perlu adanya agama sebagai landasan untuk mempertahakan keimanan dan keyakinan terhadap TUHAN YME, namun, saya berpikir kembali apakah kalimat dalam sila pertama ini pantas untuk kehidupan Bangsa? Apakah kalimat ini berbau kompromi terhadap segenap pendiri bangsa pada waktu itu? Ataukah kalimat ini sebagai kalimat Yang mengandung unsur pemakasaan yang mengindahkan kebebasan berkeyakinan yang dilindungi UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 yang dimana Pasal 29 : Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Jelas sudah terasa bahwa “Ketuhanan Yang Maha Esa” adalah sebuah pemaksaan kehendak dan pengebirian terhadap kebebasan hak - hak Individu dalam menjalankan keyakinannnya. Analoginya, “ada seorang anak yang tumbuh dalam keluarga yang tidak mengenal Tuhan, namun dia dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang semenjak pertumbuhannya dan sampai dia mengenal dan beradaptasi dengan dunia luar dengan kelompok mayoritas beragama. Apakah dia akan dihukum? Padahal anak ini meski Tumbuh dalam lingkungan yang tidak mengenal Tuhan namum memiliki moralitas yang cukup baik, dalam pergaulan dia memahami etika yang jauh berbeda dengan para ulama dan para pendeta. Apakah kelompok yang mengklaim dirinya agamais harus memaksakan anak ini untuk beragama? Apakah dia akan dihukum karna tidak memeluk agama? Analogi Kedua apakah enam agama yang ada di Indonesia mengakui ada 1 Tuhan Yang Esa? Misalnya Hindu apakah Agama ini Mempercayai satu Tuhan Yang Esa? Agama ini mempercayai banyak dewa. Budha mengarah kepada suatu kebenaran individu dan kebebasan dari hawa nafsu duniawi, tapi kebenaran yang dianut adalah berpangkal pada individu. Begitupula dengan konfucu menggap Langit sebagai Tuhan.

Saya menghargai pluralis sebagai karakter bangsa tapi tidak mengakui sila Pertama dalam Pancasila sebagai dasar suatu bangsa. Karena sila pertama merupakan hasil kompromi dari para pendiri bangsa dan mayoritas tokoh-tokoh agamais kepada tokoh agama minoritas, bukan atas dasar menghargai keberagamaan. Kalimat yang terkandung dalam sila pertama mengandung banyak multitafsir, bila dilihat dari penjelasan analisis diatas, terkadang sila pertama menganggap seluruh rakyat itu harus Berketuhanan Yang maha esa. Seakan ada unsur pemaksaan kehendak atau pemasungan hak-hak asasi manusia.

Saya bukan menyesatkan pembaca dengan argumen saya, melainkan saya mengajak pembaca sekalian untuk lebih mengkritisi pancasila, untuk sebuah perubahan ke depan. Kita patut bersyukur atas keberagaman bangsa yang dimiliki. Dan untuk mencapai pluralitas yang didambakan kita kembali pada Pasal 29 ayat 2 :Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Penekanan disini bukan kepada agamanya, tapi kepercayaannya yang perlu dilihat. Pancasila bukan hanya kepada pemeluk agama yang taat melainkan kepada seluruh Rakyat, yang menjadi warga Negara Indonesia yang Plural.

Untuk mencapai sila 2,3,4,5 perlu ada perubahan dalam sila pertama, karena sila pertama tidak memberikan efek positif terhadap keempat sila yang ada dalam Pancasila. Untuk mencapai Kemanusiaan Yang adil dan Beradab, di antaranya manusia harus berdabab dan menghargai manusia lainnya yang memiliki perbedaan keyakinan. Untuk mencapai persatuan Indonesia, tidak perlu adanya pembatasan dan pemasungan hak-hak individu dalam berkeyakinan. Untuk mencapai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan perwakilan, mencari orang-orang yang berhikmat untuk menjadi wakil rakyat tidak selamanya dari orang-orang yang mengklaim bahwa dirinya seorang yang taat beribadah, malah orang-orang yang taat beribadatpu tidak lepas dari hilangnya nilai-nila moralitas. Untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Perlu ada rasa toleransi terhadap sesama bangsa serta menghargai keyakinan yang dipeluk sesama. (*)

0 komentar:

 
GMPI KORDA SULUT © CopyRight2011 GMPI KORDA SULUT Website Design. oleh Andre Sulung